Anak-anak tunarungu – Sarah Somerset merupakan salah satu mahasiswa PHD di unit riset NIHR Nottingham Hearing Biomedical. Sarah mencoba melakukan penelitian mengenai apa yang dapat membantu dan hal – hal yang menghalangi anak-anak tunarungu melakukan olahraga. Sebagai bagian dari penelitiannya, Sarah perlu bertanya dengan para orangtua, pelatih olahraga, dan pembimbing anak tuna rungu sebanyak – banyaknya. Berikut ini adalah cerita tentang penelitian yang dilakukan oleh Sarah dan alasan mengapa dia melakukan penelitian ini.
Kesempatan Untuk Mempelajari Kemampuan Baru
Ikut mengambil bagian dalam olahraga merupakan hal yang penting karena selama ini telah diketahui dapat memberikan efek yang positif bagi kesehatan mental dan fisik. Siapapun yang aktif sejak dini cenderung akan melanjutkan aktivitas tersebut sampai mereka dewasa. Berpartisipasi dalam olahraga akan memberikan kesempatan untuk mempelajari kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi sekaligus belajar tentang kerjasama tim.
Setidaknya ada 45 ribu anak di Inggris yang mengalami kehilangan pendengaran permanen dan lebih banyak yang mengalami kehilangan pendengaran temporer. Bagi anak-anak tersebut, mengikuti olahraga dapat menjadi hal yang sangat menantang. Sarah telah berbicara dengan 41 anak usia 10 – 15 tahun untuk menemukan apa yang mereka suka dan tidak suka tentang permainan olahraga. Hal tersebut dibandingkan dengan apa yang dikatakan oleh anak dengan pendengaran normal ketika mengikuti olahraga. Hal – hal yang dikatakan oleh mereka di antaranya adalah:
- Mereka senang mengikuti permainan olahraga dengan teman-temannya
- Mereka merasa kesulitan menemukan teman ketika bergabung dengan klub baru
- Berkomunikasi dengan orang – orang dengan pendengaran normal cenderung sulit, khususnya dengan para pelatih
- Mereka tidak selalu memahami apa yang terjadi dan apa yang diharapkan dari mereka
- Mereka menikmati belajar kemampuan baru ketika bermain dan merasa tertantang
Perjuangan di Lingkungan Olahraga
Anak-anak dapat berjuang di lingkungan olahraga. Bagi anak yang menggunakan peralatan pendukung seperti alat bantu dengar, keberadaan angin dapat menimbulkan persoalan tersendiri. Untuk itu, anak – anak biasanya akan melepaskan alat bantu dengar mereka pada beberapa jenis olahraga tertentu. Sebagai contoh, anak melepas implant koklea mereka saat bermain kriket. Hal ini karena helm yang digunakan tidak nyaman ketika anak menggunakan implant koklea sehingga mereka memutuskan untuk melepaskannya. Kemudian hal inilah yang memberikan efek terhadap pendengaran dan cara berkomunikasi mereka, khususnya pada klub yang terdiri dari anak tunarungu dan anak dengan pendengaran normal.
Sarah telah melakukan interview pada orangtua, pelatih olahraga, dan guru anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran baik melalui email maupun telepon. Setiap pengalaman tersebut memberikan hal yang sangat bermanfaat pada penelitian ini sehingga dapat memberikan pengalaman olahraga yang lebih menyenangkan bagi anak-anak tuna rungu maupun yang mengalami gangguan pendengaran.