Perkembangan Anak Berinteraksi dan Bersosialisasi

Perkembangan anak – Seiring bertambahnya usia anak, kemampuannya untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang di sekitar juga semakin meningkat. Ketika anak mulai memasuki usia awal sekolah formal yakni sekitar 5 atau 6 tahun, akan ada pengalaman sosial baru bagi anak yang dapat dieksplorasi. Lalu, bagaimana cara orangtua untuk memastikan bahwa anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran dapat mengatasi tantangan sosial ketika mereka mulai memasuki kegiatan di taman kanak-kanak atau sekolah dasar?
Tidak jauh berbeda dengan keterampilan lainnya, dasar sosialisasi pada anak dibangun berdasarkan kemampuan bahasanya. Perkembangan sosial pada anak akan sulit berjalan jika tidak diimbangi dengan keterampilan komunikasi yang memadai. Dasar yang kuat dalam kemampuan mendengar dan bicara menjadi syarat untuk mengembangkan keterampilan yang lebih kompleks. Anda harus mengantarkan buah hati Anda ke dalam lingkungan barunya tersebut. Tetapi sebelum itu jangan lupa untuk melengkapi kemampuan berbahasa dan kemampuan sosial pada anak agar kelak anak mampu berpartisipasi dalam kehidupan sosialnya dengan normal.
Antia, dkk (2003) menemukan bahwa kemampuan tersebut bermanfaat untuk mengembangkan interaksi antara anak tunarungu dengan anak normal lainnya. Namun, untuk mencapai kompetensi sosial ini, tentu anak harus memiliki pengalaman sosial. Melibatkan anak dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat membantu anak mengembangkan kemampuannya sekaligus memberikan kesempatan untuk anak bersosialisasi di lingkungan.

Membantu Perkembangan Anak Bersosialisasi

Para orangtua, pengasuh, dan profesional dapat membantu perkembangan kemampuan bersosialisasi anak. Dengan cara mendampingi anak dalam berinteraksi dengan teman-temannya untuk memfasilitasi keterampilan sosial yang sesuai dengan usianya. Untuk anak yang usianya lebih muda, Anda dapat menggunakan sebagian besar waktu untuk mengubah interaksi komunikasi agar lebih sesuai dengan kebutuhan anak. Misalnya dengan menggunakan lagu, menggunakan intonasi yang lebih ditekankan, dan berbagai hal dimana semuanya berpusat pada anak. Namun metode ini ibarat pedang bermata dua. Setelah dewasa nanti, anak mungkin akan kesulitan ketika berinteraksi dengan orang lain yang tidak mengetahui kondisinya. Jadi yang menjadi pekerjaan rumah bagi para orangtua adalah bagaimana cara anak berinteraksi dengan lingkungan sosialnya? Berikut ini adalah caranya:

  • Ketika anak mulai mempelajari kemampuan berkomunikasi, ajarkan kepadanya kapan harus mendengarkan dan kapan harus berbicara. Anak harus belajar bagaimana terlibat dalam sebuah percakapan dan bagaimana cara untuk ikut bergabung ke dalam suatu percakapan dengan baik dan benar.
  • Berikan respon terhadap apa yang anak Anda katakan, bukan berdasarkan maksudnya. Orangtua terkadang memberikan respon berdasarkan pesan sesungguhnya yang ingin disampaikan oleh anak bukan berdasarkan kata-kata yang diucapkan. Di sisi lain, teman-teman sebayanya sebenarnya juga dapat membantu. Coba ajarkan anak untuk mengekspresikan diri dengan cara yang dapat dipahami dengan mudah oleh teman-temannya.
  • Memberikan kata-kata yang perlu dipelajari anak sebelum bertemu dengan teman-temannya. Ajarkan anak bagaimana berbicara ketika ada teman yang menawarkan makanan yang tidak disukai oleh anak, bagaimana mengungkapkan ketidaksetujuan saat bermain, dll.